Rabu, 06 Juni 2012

Tentang Mobil Hybrid

Mobil hybrid? Apa dan bagaimana mobil hybrid? Prospek di Indonesia bagaimana? Berikut kliping2 berita tentang mobil hybrid yang saya salin dari autos.okezone.com
Selasa, 15 Juli 2008 – 16:14 wib
Mobil Hybrid, Solusi Tepat bagi Indonesia
Anton Suhartono – Okezone
JAKARTA – Meningkatnya konsumsi bahan bakar seiring makin banyaknya jumlah kendaraan menjadi masalah karena menambah biaya subsidi. Untuk itu, mobil efisien bahan bakar, seperti hybrid menjadi solusi yang tepat. Hal ini dikemukakan Direktur Marketing Toyota Astra Motor, Joko Trisanyoto, saat diskusi harian di booth Toyota Indonesia International Motor Show, Senin (14/7/2008) sore kemarin.
Menurutnya konsumsi bahan bakar mobil hybrid bisa lebih hemat 50 persen dari versi mobil mesin konvensional. Untuk Toyota Prius saja, konsumsinya bisa mencapai 25 km/liter. Jika populasi hybrid di Indonesia banyak, tentu dampaknya akan menekan jumlah subsidi bahan bakar yang dikeluarkan pemerintah.
Hanya saja, Joko masih menyangsikan minat konsumen memiliki mobil hybrid lantaran harganya yang masih tinggi. Toyota Prius saja, jika didatangkan ke Indonesia harganya bisa mencapai Rp495 juta. Harga yang sama dengan model Civic hybrid. Padahal harganya bisa ditekan hingga menyamai model Toyota Corolla Altis yang dihargai Rp300 jutaan.
Sementara permintaan pemerintah agar produsen kendaraan memproduksi mobil hybrid di Indonesia untuk mendapatkan insentif, ditanggapi sebagai hal yang berisiko. “Agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang mendatangkan hybrid perlu menjajaki sejauh mana minat konsumen terhadap hybrid. Jika bagus produsen akan mempertimbangkan untuk memproduksi di sini, jika tidak bisa rugi,” kata Joko.
Menanggapi bahan bakar alternatif seperti campuran bahan bakar nabati, biofeul, pengembangannya akan terbentur dengan harga, mengingat bahan dasarnya masih menggunakan komoditi pangan, seperti minyak sawit, jagung, dan tebu. Sehingga harganya tak akan stabil dan konsumsi untuk pangan bisa terganggu.
Toyota Astra Motor sendiri, sejak 2006, sudah membawa 6 unit Prius hybrid ke Indonesia untuk dipinjamkan ke lembaga pemerhati lingkungan, baik unsur pemerintah, LSM, kalangan akademisi, maupun artis. Sejak tahun tersebut, Prius tak mengalami masalah berarti digunakan di Indonesia. Artinya infrastruktur di Indonesia sebenarnya cukup mendukung.
Head Marketing Communication TAM, Achmad Rizal mengatakan, saat ini Toyota Prius yang didatangkan ke Indonesia tidak mengalami masalah berarti. Biaya perawatan pun sama dengan mesin bensin 1.500 cc. Sementara motor listrik dan baterai sanggup bertahan lama. “Sejak diluncurkan 2007, Prius tak mengalami permasalahan dalam baterai dan motor listrik,” katanya.
Meski mendorong penggunaan hybrid di Indonesia, TAM mengaku belum berniat memasarkannya. Rizal juga mengungkapkan, meski sudah banyak peminat Prius, TAM belum bisa menerima pemesanan. Untuk itu, konsumen yang ingin memiliki Prius saat ini membeli melalui jasa importir umum. Namun TAM membuka kesempatan bagi kalangan terbatas yang ingin menyewa Prius. Toyota sendiri menyewakannya melalui anak perusahaan Astra dibidang penyewaan mobil, Astra Rent a Car (TRAC). (ton)
Jum’at, 18 Juli 2008 – 16:29 wib,
Pemerintah Akan Bebaskan BM Mobil Hybrid
JAKARTA – Mobil hybrid akan dikenakan bea masuk (BM) 0 persen dalam serangkaian perjanjian kemitraan ekonomi antara Jepang dan Indonesia (economic partnership agreement/EPA). Jika berjalan lancar, ketentuan ini akan dimasukan dalam evaluasi pertama IJ-EPA lima tahun mendatang. Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan, pada prinsipnya departemennya telah sepakat akan memasukan mobil hybrid ke Indonesia dengan menurunkan bea masuk hingga 0 persen. Namun, rencana ini masih terhambat masalah seperti mobil hybrid yang masih belum diproduksi secara massal dan kendala teknis seperti pengisian ulang (charge) tenaga listirk yang masih cenderung lama.
“Pada prinsipnya dalam IJ-EPA itu boleh memasukan barang dari Jepang yang belum diproduksi di Indonesia, mungkin hybrid akan masuk dalam skema USFDS (User Specific Duty Free Scheme),” ujar Fahmi di Jakarta, Jumat (18/7/2008).
Fahmi menjelaskan, mobil yang masuk ke pasar Indonesia harus sesuai dengan moda transportasi di Indonesia dan tidak merugikan penggunaan bahan bakar. Sehingga, Depperin tetap akan melakukan seleksi ketat mengenai mobil yang bisa masuk ke pasar automotif nasional.
“(mobil) Hybrid kan ada berbagai macam, ada yang model sport berpenumpang dua juga. Tapi, bukan model ini yang difasilitasi,” jelas dia. Saat ini, impor BM mobil kategori completely built up (CBU) di atas 3.000 cc dari Jepang akan dihapuskan. Dalam perjanjian kerja sama IJ-EPA BM mobil di atas 3.000cc menghapuskan kewajiban pembayaran bea masuk secara bertahap hingga 2012.
Direktur Utama PT Toyota Astra Motor (TAM) Johnny Darmawan mengatakan, pihak Toyota telah mengusulkan kausal tersebut untuk memasukan salah satu produk Toyota Prius yang mengadopsi teknologi hybrid. Sampai saat ini, lanjut Johnny, pemerintah belum memberikan informasi mengenai ketentuan ini. “Saya nanti perlu menanyakannya ke Depperin, kalau sudah disetujui, kami gembira mendengarnya,” ujar Johnny.
Johnny menjelaskan, permintaan insentif tarif terhadap produk dilakukan karena terlalu tinggi harga jual mobil hybrid di Indonesia.
Direktur Industri Alat Tranportasi dan Kedirgantaraan Depperin Syarif Hidayat menegaskan, mobil hybrid jelas akan memperoleh insentif berupa pemotongan BM. Namun, dalam perjanjian JI-EPA terdapat jadwal yang harus dipenuhi untuk mencapai BM 0 persen.
“Nantinya mungkin hybrid akan dimasukan dalam nomor HS sesuai kapasitas mesin yang dimilikinya,” ujar Syarif.
Syarif menyatakan, hingga saat ini belum ditentukan jenis mobil hybrid akan dimasukan dalah pos tarif yang disepakati IJ-EPA. Prinsipnya, lanjut dia, insentif ini akan diberikan tetapi tetap mengedepakan kepentingan industri nasional.
“Pokoknya kita tetap harus menjaga daya saing produsen automotif nasional agar tidak terganggu dengan kebijakan ini,” jelas Syarif. (Agung Kurniawan/Sindo/mbs)
Jum’at, 8 Agustus 2008 – 11:12 wib
Sayang! Teknologi Hybrid Masih Mahal
Anton Suhartono – Okezone
PARIS – Penggunaan mobil hybrid tak hanya penting untuk mengehemat konsumsi bahan bakar fosil. Mobil ini juga menjadi solusi kongkret dari pemanasan global. Sayang, harganya masih tinggi sehingga banyak orang masih enggan membelinya. Kondisi ini pun berlaku di negara maju yang selama ini dianggap sebagai barometer industri autumotif dunia. Sebut saja Amerika dan Jepang. Di kedua negara ini, kecenderungan masyarakat untuk membeli mobil hybrid masih terbilang kecil jika dibandingkan dengan penjualan mobil secara keseluruhan.
Harian Perancis Le Monde mengutip perkataan Chief Executive Nissan Motor, Carlos Ghosn, mobil hybrid memang menjadi perhatian banyak orang, namun teknologinya masih terlalu mahal untuk dimiliki. Sehingga mobil ini hanya menjadi konsumsi kalangan tertentu. “Saya skeptis teknologi hybrid bisa dikomersialisasikan dalam arti sesungguhnya,” kata Ghosn.
Amerika Serikat, bisa dijadikan patokan untuk mengukur seberapa besar masyarakatnya menggunakan hybrid. Selama 2007, di Amerika mobil hybrid terjual sebanyak 350.289 unit dari 16 juta unit kendaraan yang terjual.
Di pasar Jepang sebagai rumah produsen mobil hybrid, penjualannya justru lebih kecil lagi. Ini tak lain karena perbedaan harga yang masih cukup jauh antara versi hybrid dan mesin konvensionalnya. Misalnya model Civic hybrid yang dibanderol USD3.700 atau sekira Rp33,5 juta lebih mahal dibanding versi mesin konevensionalnya. Jepang sendiri menargetkan pengurangan emisi karbondioksida hingga 23,5 persen pada 2015.
Untuk merealisasikan agar teknologi mobil ramah lingkungan ini memiliki harga terjangkau, produsen mobil Jepang terus berupaya melakukan pengembangan teknologi. Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Untuk itu, pemerintah menyiapkan dana sebesar USD1,9 miliar atau sekira Rp17,2 triliun untuk sektor penelitian dan pengembangan mobil ramah lingkungan yang digulirkan bertahap hingga 2012.
Dana tersebut tak hanya digunakan untuk teknologi hybrid (semi listrik) terbaru, namun juga bio feul, hydrogen, listrik, dan lainnya. Dari total dana penelitian yang diberikan, sebanyak 32 miliar yen atau sekira Rp2,6 triliun dihabiskan untuk mobil hydrogen feul cell. Mobil listrik dan liquid petroleum gas (LPG), masing-masing menghabiskan dana sebesar Rp2,1 triliun dan Rp2 triliun. (ton)
Senin, 25 Agustus 2008 – 18:55 wib
Mobil Hybrid Timbulkan Masalah Baru
Anton Suhartono – Okezone
SACRAMENTO - Mobil listrik dan hybrid mungkin baik untuk efisiensi bahan bakar dan ramah lingkungan, namun mendatangkan masalah baru bagi pejalan kaki, terutama orang buta. Ini dikarenakan mobil hybrid nyaris tak mengeluarkan suara jika mobil dijalankan dengan motor listrik. Ini terjadi jika kendaraan berjalan dalam kecepatan rendah atau pada kisaran 20 km/jam. Kondisi ini biasa terjadi di area parkir mal atau perkantoran.
Mobil yang sepenuhnya dijalankan dengan listrik lebih parah lagi karena sama sekali tidak mengeluarkan suara dalam kecepatan berapa pun. Kondisi ini menjadi permasalahan bagi orang buta. Tidak bisa mendengar jika ada mobil hybrid atau listrik mendekat.
Ini yang mendasari anggota senat untuk memasukkan dalam peraturan penggunaan penambahan suara untuk mobil hybrid dan kelak mobil listrik. Komite khusus telah dibentuk untuk mempelajari isu atau dampak permasalahan mobil berpenggerak listrik di jalan. Komite bertugas memberikan rekomendasi besaran suara yang harus dihasilkan setiap mobil.
Data Departemen of Motor Vehicle mencatat, saat ini terdapat 300.000 unit mobil hybrid di negara bagian California. Namun departemen belum memiliki data terkait kecelakaan pejalan kaki melibatkan mobil hybrid.
Saat ini, rancangan undang-undang telah diberikan kepada Gubernur California Arnold Schwarzenegger. (ahm)
Minggu, 7 September 2008 – 16:43 wib
Honda Insight, Hybrid Murah Di Kelasnya
Abdul Azis – Okezone
CALIPORNIAHonda Motor Corporation, memperkenalkan bintang andalannya di Paris International Auto Show, yang akan digelar bulan Oktober nanti. Mobil konsep hybrid, Honda Insight hatchback 5 pintu yang disiapkan head to head dengan Toyota Prius. Selain itu, Insight memang dihadirkan sebagai mobil hybrid dengan harga yang cukup murah dibanding mobil sekelas lainnya. Hanya US$18.500, concept car yang kental dengan karakter Honda FCX Clarity fuel cell. Siap diluncurkan di Amerika serikat pada musim semi nanti.
“Aslinya Honda Insight merupakan pionir teknologi hybrid di AS. Produk ini sekaligus mengingatkan simbol Honda yang berkomitmen pada inovasi teknologi dan efisiensi bahan bakar,” ungkap, Takeo Fukui, CEO Honda Motor Co., Ltd.
Insight Concept yang dibekali 5-pintu memberikan kemudahan dan kenyamanan akses bagi penumpangnya. Melalui rancangan bangku belakang yang dapat direbahkan, sebagai fitur kenyamanan baru dapat menunjang gaya hidup penggunanya.
Ruang kabin yang lapang untuk lima penumpang dewasa. Honda bahkan mengatakan, desain interior Insight Concept sanggup memberikan nuansa kesenangan mengemudi yang tak pernah dirasakan sebelumnya pada kendaraan sejenis.
Berbeda dari generasi sebelumnya yang pertama kali diperlihatkan Desember 1999, Insight baru mengusung mesin gas-electric hybrid. Namun sekarang, mobil ini dikabarkan mengandalkan new engine berbasis teknologi Integrated Motor Assist (IMA) berteknologi hybrid.
Dengan fungsi yang besar, serta kemampuannya menghemat penggunaan bahan bakar. Termasuk menyajikan faktor kesenangan mengemudi mobil yang akan diproduksi di pabrik Honda di Suzuka, Jepang. Ditargetkan dapat terjual sebanyak 100 ribu unit di Amerika Utara. Atau setengah dari target penjualan global sebesar 200 ribu unit per tahun. (uky)
foto : ist
Senin, 13 Oktober 2008 – 13:27 wib
Mobil Hybrid Bukan untuk Taksi
Anton Suhartono – Okezone
NEW YORK mungkin menjadi salah satu kota fenomenal di dunia, lantaran pemerintah kota mengeluarkan regulasi standar konsumsi bahan bakar untuk taksi tidak boleh lebih dari 10 km/liter. Konsumsi tersebut bisa saja dipenuhi mesin mobil konvensional. Namun sudah tentu terpenuhi dalam mobil hybrid. Saat ini sudah banyak mobil taksi jenis hybrid yang beroperasi di Amerika. Namun masih terkendala aturan yang mengharuskan taksi dipasangkan partisi atau jaring pembatas antara pengemudi dan penumpangnya. Ini tentu masalah, mengingat mesin hybrid yang banyak digunakan pada taksi tidak memiliki ruang interior yang lapang. Sehingga jika terjadi benturan akan membahayakan penumpang.
Menurut praktisi automotif Amerika Serikat C Bruce Gambardella, penggunaan partisipasi dalam mobil hybrid, akan mengubah kondisi seluruh interior dan mengembalikannya pada standar keselamatan 50 tahun lalu.
Toyota dan Honda sudah merekomendasikan produk hybridnya tidak untuk digunakan sebagai taksi. Menurut kedua produsen Jepang tersebut, mobil hybrid didesain bukan untuk tujuan komersial. Kondisi ini tentu menjadi permasalahan, pasalnya produk keduanya merupakan yang direkomendasikan Taxi and Limousine Commission (TLC) New York, untuk digunakan sebagai taksi. Sebut saja Honda Civic dan 3 model Toyota lainnya.
Ford juga mengeluarkan pernyataan yang sama, mobil kecil seperti hybrid dan yang dilengkapi mesin ethanol, juga tidak direkomendasikan untuk mengangkut penumpang komersial. Mobil-mobil tersebut tidak didesain untuk dipasang partisi.
Sebenarnya banyak perusahaan taksi yang menggunakan basis model Ford Crown Victoria. Namun mobil ini terkendala regulasi standar konsumsi bahan bakar. Juru bicara Ford dalam pertemuan tahunan Dewan Kota New York beberapa waktu lalu mengatakan, penggunaan partisi untuk mobil, hanya akan meningkatkan risiko keselamatan penumpang. Menjadi dilema. Mobil yang sudah biasa digunakan taksi tak memenuhi standar konsumsi. Namun mobil yang memenuhi standar konsumsi, tak memadai untuk keselamatan penumpang.(ton)
Sumber2 : autos.okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar